Siapa Sebenarnya Kelompok Saracen: Sindikat Penyebar Hoax dan Hate Speech

Siapa Sebenarnya Kelompok Saracen: Sindikat Penyebar Hoax dan Hate Speech
Kelompok Saracen: Sindikat Penyebar Hoax dan Hate Speech

NAMA Saracen menjadi hot issue. Saracen jadi trending topic di berbagai media setelah Bareskrim Polri mengungkap kelompok yang disebut produsen dan penyebar informasi palsu (hoax) serta ujaran kebencian (hate speech) ini.

Polisi menyatakan tengah menelusuri orang-orang yang terlibat dalam kelompok Saracen. Disebutikan, kelompok Saracen merupakan sindikat penyebar meme dan konten tulisan berbau SARA dan ujaran kebencian.

Kabarnya, Grup Saracen ini menyediakan jasa produksi dan penyebaran konten hoax, SARA, dan hate speech berdasarkan Pesanan. Tarifnya puluhan juta rupiah.

Ironisnya, setelah muncul isu Saracen, muncul dan berkembang pula hoax lain seputar Saracen. Ibaratnya, membhas hoax dengan hoax atau mengkap penyebar hoax dengan hoax.

Disebutkanb polisi, ketua kelompok Saracen adalah JAS atau Jasriadi. Ia yang menciptakan dan merekrut anggota kelompok tersebut.

Jasriadi disebutkan punya kemampuan di bidang teknologi. Ia bisa memulihkan akun-akun bodong ciptaannya yang diblokir oleh penyedia media sosial.

Selain JAS, tersangka lain berinisial SRN dan MFT.

Kelompok Saracen eksis sejak November 2015. Mereka menggunakan beberapa sarana untuk menyebarkan ujaran kebencian berkonten SARA.

Media tersebut antara lain di Grup Facebook Saracen News, Saracen Cyber Team, situs Saracennews.com, dan berbagai grup lain yang menarik minat warganet untuk bergabung.

Situs Saracennews.com yang berbasis blog WordPress masih aktif. Profilnya hanya berisi "Profile Saracen, SaracenNEWS.COM | Kamis, 6 Oktober 2016 | 03:37 WIB".

Nama-nama pengurus kelompok Saracen beredar luas di media sosial. Daftar nama tersebut juga bisa diakses di situs Christian Cyber Fighter.

Pengacara Eggy Sudjana yang dicantumkan sebagai Dewan Penasihat dalam Struktur Kelompok Saracen menyatakan Saracen sebagai kelompok anti-Islam.

Menurutnya, Saracen sendiri adalah istilah yang digunakan pada saat Perang Salib.

"Maka diambillah istilah Saracen untuk menamai orang-orang Islam yang musti dikerjain. Saracen ini memusuhi umat Islam,” katanya.

Eggi mengklaim, orang-orang yang kerap menggunakan jasa portal itu bertujuan untuk memecah belah Islam dan masyarakat.

“Jadi sangat tidak mendasar saat saya dituduh sebagai bagian Saracen karena saya adalah aktivis Islam,” kata Eggi.

"Saya tak percaya motif ekonomi. Ini motif politik. Memecah belah bangsa. Bangsa kita pecah. Ini anti-Islam," ujar Eggi lagi.

Jasriadi disangka melakukan tindak pidana ilegal akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat 2 jo Pasal 30 ayat 2 dan atau Pasal 46 ayat 1 jo Pasal 30 ayat 1 UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan diancam tujuh tahun penjara.

Tersangka lain, Muhammad Faisal Tanong dan Sri Rahayu Ningsih, disangka melakukan tindak pidana ujaran kebencian atau hate speech dengan konten SARA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45A ayat 2 jo Pasal 28 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang ITE, dengan ancaman enam tahun penjara, dan atau Pasal 45 ayat 3 jo Pasal 27 ayat 3 UU ITE dengan ancaman enam tahun penjara.

Advokat Eggi Sudjana menyebut grup penyebar isu SARA di media sosial, Saracen, punya agenda tersembunyi di balik kinerja mereka. Saracen, menurut Eggi, ditunggangi kepentingan politik.

Eggi keberatan jika dia dipanggil polisi sebagai saksi karena namanya dicatut Saracen sebagai dewan pembina. Eggi mengatakan polisi sebaiknya memeriksa pihak lain.

"Saya minta DPN pendukung Jokowi juga terlibat. Si Sunni Ahok dianggap membiayai. Kenapa nggak meriksa ini," kata Eggi dikutip detik.com. (Antara/Detikcom/ROL).*

ASAL-USUL ISTILAH SARACEN 

ASAL-USUL ISTILAH SARACEN
Menurut data Wikipedia, Saracen adalah istilah yang digunakan oleh umat Kristen Eropa, terutama pada Abad Pertengahan, untuk merujuk kepada orang yang memeluk Agama Islam (tanpa memperdulikan ras atau sukunya).

Pada zaman itu, istilah ini umumnya digunakan secara negatif. Pada zaman modern, istilah Saracen juga digunakan sebagai sinonim untuk bajak laut di Laut Tengah.

Kata Saracen berasal dari Bahasa Yunani (Σαρακηνός), yang diduga berasal dari bahasa Arab شرقيين syarqiyyin ("orang-orang timur"), namun dugaan ini tidak memilik dasar yang kuat.

Istilah ini kali pertama digunakan pada awal zaman Romawi Kuno untuk menyebut sebuah suku Arab di Semenanjung Sinai.

Pada awal periode Masehi, istilah Saracen dalam bahasa Yunani dan Latin merujuk kepada orang yang tinggal di pedalaman gurun di sekitaran Arabia Petrea; mereka dibedakan secara khusus dari orang Arab.

Pada masa-masa berikutnya, orang-orang Kristen Romawi memperluas penggunaan ini untuk menyebut orang Arab secara keseluruhan. Setelah berkembangnya agama Islam, terutama pada masa Perang Salib, istilah ini digunakan terhadap seluruh Muslim (orang Islam). Istilah ini disebarkan ke Eropa Barat oleh orang-orang Bizantium (Romawi Timur) dan Tentara Salib.

Penggunaan istilah Saracen di Eropa mengalami pergeseran pada Zaman Pertengahan, tetapi masih berkonotasi negatif dan definisinya masih belum pasti.

Dalam sebuah karya yang kontroversial dari abad kedelapan, Yohanes dari Damaskus mengecam orang Saracen sebagai pengikut nabi palsu dan "pelopor Dajal".

Dua abad kemudian, orang Eropa melihat Saracen sebagai penyembah berhala yang miskin, tidak terdidik, yang berbeda dibandingkan orang Arab -- yang memperkenalkan kembali Aristoteles kepada Barat -- selain Moor dan Orang Berber yang memerangi orang Kristen di Spanyol. Orang yang mendapatkan informasi mengenai Islam dari sumber-sumber Eropa Zaman Pertengahan tidak akan berpandangan sebagaimana kesimpulan di atas, bahwa Saracen berasal dari peradaban yang sama.

Pada abad ke-12, orang Eropa Zaman Pertengahan memiliki pemahaman yang lebih kuat mengenai Islam dan Saracen menjadi identitas bangsa dan agama.

Dalam sebagian kesusasteraan Zaman Pertengahan, Saracen, – yakni Muslim – berkulit hitam, sedangkan Kristen berkulit putih. Sebagai contoh, terlihat dalam karya The King of Tars ("Raja Tars") sebuah roman dari Zaman Pertengahan.

The Song of Roland ("Syair Roland"), sebuah syair kepahlawanan Perancis dari abad ke-11, mengaitkan profil kulit hitam dengan Saracen secara lebih jauh, dengan menetapkan bahwa warna kulit itu ciri utama Saracen.*

Previous Post Next Post