"Saya ketemu perdana menteri, raja, presiden, 'Presiden Jokowi, bagaimana media sosial di Indonesia? Kejam apa enggak?'" kata Jokowi.
"Wah, kalau di Indonesia ya kejam banget," terus Jokowi, yang membuat seisi ruangan acara tertawa, seperti diberitakan RMOL Jabar.
Jokowi menjelaskan, banyak pemimpin negara di dunia bisa mengendalikan media massa tetapi tidak dengan media sosialnya.
Menurutnya, dinamika media sosial mampu membentuk perubahan di dunia nyata. Para pemimpin Singapura, Malaysia, hingga Presiden Iran juga bicara hal serupa ke Jokowi.
"Presiden Rouhani (Presiden Iran) menyampaikan kepada saya, saya juga kaget. Semua bisa menyampaikan secara terbuka lewat media sosial," ucapnya.
Di Indonesia, media sosial memuat banyak fitnah alias hoax dan penghinaan. Isu-isu politik juga ramai dibahas dan mempengaruhi pejabat negara. Demikian Jokowi.
Cermin Moralitas Bangsa?
Kejamnya media sosial Indonesia bisa menjadi cermin moralitas bangsa Indonesia. Bullying, caci-maki, sumpah-serapah, dan kata-kata kasar dan kotor setiap hari muncul di media sosial, juga di kolom-kolom komentar situs berita.
Dulu sering dikemukakan bahwa bangsa Indonesia itu sopan dan ramah. Namun, hal itu tidak tampak di media sosial.*