MAYORITAS orang tidak suka melihat foto selfie atau memotret diri sendiri (swafoto) di media sosial. Studi menunjukkan, sebanyak 82% foto selfie tidak disukai.
Menurut perkiraan statistik Google, selama 2014 setidaknya terdapat 93 juta selfie per hari. Itu pun hanya selfie yang diambil di perangkat berbasis Android.
Sejalan dengan tren tersebut, aksesori semisal tongkat selfie (tongkat narsis/tongsis) menjadi kian lumrah.
Dalam sebuah riset yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology, seorang profesor di Ludwig-Maximilians-Universität München, Sarah Diefenbach, menggelar survei daring untuk menilai motif dan penilaian orang saat melakukan dan melihat selfie.
Persepsi negatif tentang selfie digambarkan oleh 82 persen responden yang menunjukkan bahwa di media sosial, mereka lebih suka melihat jenis foto lainnya ketimbang selfie.
"Sebanyak 90 persen menilai selfie orang lain sebagai sarana promosi diri. Sebaliknya, hanya 46 persen yang memiliki penilaian serupa terhadap selfie jepretan sendiri,” sebut penelitian.
Studi turut menyebutkan orang yang menunggah selfie kerap diasosiasikan dengan perilaku negatif, seperti narsisme serta citra diri yang superfisial dan tidak asli.
Kesan negatif yang muncul di benak ketika melihat selfie orang lain ini lebih besar dibandingkan kesan posiitif seperti independensi, keterkaitan, dan makna di balik foto.
"Secara umum, para responden berpandangan buruk terhadap selfie (orang lain),” tulis laporan studi tersebut. “Sebanyak 82 persen lebih ska melihat foto biasa di media sosial ketimbang selfie.”
Selfie atau swafoto artinya memotret diri sendiri. Selfie adalah foto diri sendiri yang diambil oleh diri sendiri yang biasanya menggunakan telepon pintar, webcam, dan membagikannya ke media sosial (Oxford).*
Menurut perkiraan statistik Google, selama 2014 setidaknya terdapat 93 juta selfie per hari. Itu pun hanya selfie yang diambil di perangkat berbasis Android.
Sejalan dengan tren tersebut, aksesori semisal tongkat selfie (tongkat narsis/tongsis) menjadi kian lumrah.
Dalam sebuah riset yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology, seorang profesor di Ludwig-Maximilians-Universität München, Sarah Diefenbach, menggelar survei daring untuk menilai motif dan penilaian orang saat melakukan dan melihat selfie.
Persepsi negatif tentang selfie digambarkan oleh 82 persen responden yang menunjukkan bahwa di media sosial, mereka lebih suka melihat jenis foto lainnya ketimbang selfie.
"Sebanyak 90 persen menilai selfie orang lain sebagai sarana promosi diri. Sebaliknya, hanya 46 persen yang memiliki penilaian serupa terhadap selfie jepretan sendiri,” sebut penelitian.
Studi turut menyebutkan orang yang menunggah selfie kerap diasosiasikan dengan perilaku negatif, seperti narsisme serta citra diri yang superfisial dan tidak asli.
Kesan negatif yang muncul di benak ketika melihat selfie orang lain ini lebih besar dibandingkan kesan posiitif seperti independensi, keterkaitan, dan makna di balik foto.
"Secara umum, para responden berpandangan buruk terhadap selfie (orang lain),” tulis laporan studi tersebut. “Sebanyak 82 persen lebih ska melihat foto biasa di media sosial ketimbang selfie.”
Selfie atau swafoto artinya memotret diri sendiri. Selfie adalah foto diri sendiri yang diambil oleh diri sendiri yang biasanya menggunakan telepon pintar, webcam, dan membagikannya ke media sosial (Oxford).*