Ajakan boikot Traveloka dengan meng-uninstall aplikasi Traveloka trending topic di Twitter.
tagar #UninstallTraveloka menjadi trending dipicu aksi walk out pianis Ananda Sukarlan saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpidato.
Aksi walk out terjadi dalam acara peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius pada Sabtu (11/11/2017), di Hall D JIExpo Kemayoran.
Ananda berdiri dari kursi VIP-nya dan walk out saat Anies memberikan sambutan. Aksinya diikuti sejumlah alumni lainnya.
Berdasarkan informasi yang beredar, hadir salah satu pendiri sekaligus CTO Traveloka Derianto Kusuma yang disebut-sebut menyalami dan memberikan ucapan selamat ke Ananda setelah aksi walk out dan pidato Anies.
Dianggap sebagai dukungan terhadap aksi Ananda, informasi ini kemudian memancing sebagian netizen untuk melakukan aksi boikot Traveloka. Bahkan hashtag #UninstallTraveloka dan #BoikotTraveloka bertengger menjadi salah satu trending topic Twitter Indonesia.
Di antara netizen ada juga yang membela dan menilai aksi boikot Traveloka tidak akan berdampak apa pun terhadap aplikasi pemesanan hotel dan tiket perjalanan tersebut.
Derianto dan Ananda sendiri adalah dua dari lima alumni Kolese Kanisius berprestasi yang menerima penghargaan di acara ini. Selain keduanya, ada Romo Magnis Suseno (tokoh Jesuit), Irwan Ismaun Soenggono (tokoh pembina Pramuka) dan Dr. Boenjamin Setiawan (pendiri Kalbe Farma).
Andanda dan petinggi Traveloka yang merupakan "Ahokers" dinilai intoleran.
Pemuda Muhammadiyah Provinsi DKI Jakarta menilai aksi walkout (WO) yang dilakukan oleh Ananda Sukarlan dan bos Traveloka kepada Anies Baswedan adalah sikap intoleran.
Pemuda Muhammadiyah juga mengeluarkan pernyataan sikap yaitu memboikot Traveloka karena dukungan pemiliknya, Derianto Kususma, terhadap sikap pianis Ananda Sukarlan yang WO saat Anies Baswedan memberikan sambutan.
Derianto melakukan WO mengikuti sikap Pianis Ananda Sukarlan.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Provinsi DKI Jakarta Syahrul Hasan mengatakan, aksi WO yang di lakukan oleh Ananda Sukarlan dan beberapa orang lainnya menggambarkan sikap intoleran dan miskin akhlak sebagai tuan rumah dalam menerima tamu. Dimana kehadiran Anies Baswedan sebagai tamu adalah atas permintaan resmi dari tuan rumah itu sendiri.
"Aksi walkout Ananda Sukarlan yang menuduh Anies Baswedan meraih kursi gubernur tidak sesuai nilai-nilai Kanisius adalah jauh panggang dari api," kata Syahrul dalam rilis yang diterimaRepublika.co.id, Selasa (14/11).
Syahrul menjelaskan, Anies Baswedan merupakan bagian dari Keluarga Besar Muhammadiyah, baik secara struktural maupun kultural. Saat ini beliau diamanahi sebagai penasehat Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu di mana Din Syamsudin MA menjabat sebagai ketua ranting tersebut.
Saat Din Syamsudin menjabat sebagai ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015, PP Muhammadiyah yang berkantor di Jl Menteng Raya 62 bersebelahan dengan gedung Kolese Kanisius.
"Muhammadiyah selalu menyediakan lahan parkir Gedung Dakwah Muhammadiyah untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Keluarga Besar Kolese Kanisius sebagai wujud nyata dan otentiknya toleransi Keluarga Besar Muhammadiyah. Anies Baswedan tentu sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah punya sikap yang sama dalam menjaga toleransi dan persatuan antar umat beragama yang selama ini telah berjalan dengan baik, karena beliau juga adalah cucu dari pendiri Republik Indonesia yang sama - sama kita cintai," tutur Syahrul. (detik.com/republika.co.id).*
tagar #UninstallTraveloka menjadi trending dipicu aksi walk out pianis Ananda Sukarlan saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berpidato.
Aksi walk out terjadi dalam acara peringatan 90 tahun berdirinya Kolese Kanisius pada Sabtu (11/11/2017), di Hall D JIExpo Kemayoran.
Ananda berdiri dari kursi VIP-nya dan walk out saat Anies memberikan sambutan. Aksinya diikuti sejumlah alumni lainnya.
Berdasarkan informasi yang beredar, hadir salah satu pendiri sekaligus CTO Traveloka Derianto Kusuma yang disebut-sebut menyalami dan memberikan ucapan selamat ke Ananda setelah aksi walk out dan pidato Anies.
Dianggap sebagai dukungan terhadap aksi Ananda, informasi ini kemudian memancing sebagian netizen untuk melakukan aksi boikot Traveloka. Bahkan hashtag #UninstallTraveloka dan #BoikotTraveloka bertengger menjadi salah satu trending topic Twitter Indonesia.
Di antara netizen ada juga yang membela dan menilai aksi boikot Traveloka tidak akan berdampak apa pun terhadap aplikasi pemesanan hotel dan tiket perjalanan tersebut.
Derianto dan Ananda sendiri adalah dua dari lima alumni Kolese Kanisius berprestasi yang menerima penghargaan di acara ini. Selain keduanya, ada Romo Magnis Suseno (tokoh Jesuit), Irwan Ismaun Soenggono (tokoh pembina Pramuka) dan Dr. Boenjamin Setiawan (pendiri Kalbe Farma).
Andanda dan petinggi Traveloka yang merupakan "Ahokers" dinilai intoleran.
Pemuda Muhammadiyah Provinsi DKI Jakarta menilai aksi walkout (WO) yang dilakukan oleh Ananda Sukarlan dan bos Traveloka kepada Anies Baswedan adalah sikap intoleran.
Pemuda Muhammadiyah juga mengeluarkan pernyataan sikap yaitu memboikot Traveloka karena dukungan pemiliknya, Derianto Kususma, terhadap sikap pianis Ananda Sukarlan yang WO saat Anies Baswedan memberikan sambutan.
Derianto melakukan WO mengikuti sikap Pianis Ananda Sukarlan.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Provinsi DKI Jakarta Syahrul Hasan mengatakan, aksi WO yang di lakukan oleh Ananda Sukarlan dan beberapa orang lainnya menggambarkan sikap intoleran dan miskin akhlak sebagai tuan rumah dalam menerima tamu. Dimana kehadiran Anies Baswedan sebagai tamu adalah atas permintaan resmi dari tuan rumah itu sendiri.
"Aksi walkout Ananda Sukarlan yang menuduh Anies Baswedan meraih kursi gubernur tidak sesuai nilai-nilai Kanisius adalah jauh panggang dari api," kata Syahrul dalam rilis yang diterimaRepublika.co.id, Selasa (14/11).
Syahrul menjelaskan, Anies Baswedan merupakan bagian dari Keluarga Besar Muhammadiyah, baik secara struktural maupun kultural. Saat ini beliau diamanahi sebagai penasehat Pimpinan Ranting Muhammadiyah Pondok Labu di mana Din Syamsudin MA menjabat sebagai ketua ranting tersebut.
Saat Din Syamsudin menjabat sebagai ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015, PP Muhammadiyah yang berkantor di Jl Menteng Raya 62 bersebelahan dengan gedung Kolese Kanisius.
"Muhammadiyah selalu menyediakan lahan parkir Gedung Dakwah Muhammadiyah untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Keluarga Besar Kolese Kanisius sebagai wujud nyata dan otentiknya toleransi Keluarga Besar Muhammadiyah. Anies Baswedan tentu sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah punya sikap yang sama dalam menjaga toleransi dan persatuan antar umat beragama yang selama ini telah berjalan dengan baik, karena beliau juga adalah cucu dari pendiri Republik Indonesia yang sama - sama kita cintai," tutur Syahrul. (detik.com/republika.co.id).*