Media sosial (social media) adalah salah satau media media online atau media daring (dalam jaringan) untuk berbagi.
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content" (Wikipedia)
Media Sosial sejatinya adalah ajang pertemanan dan berbagi informasi positif. Belakangan, fungsi media sosial terseut berubah menjadi ajang pamer, bisnis, dan penyebar ujaran kebencian (hate speech) atau ajang caci-maki.
Media sosial kini menjadi alat untuk melakukan perundungan (bullying). Sebuah perilaku dan pendapat yang berbeda di media sosial akan mudah mengundang perundungan.
Presiden Jokowi bahkan menyebutkan, media sosial di Indonesia kejam banget.
Penyebab Haters Menjamur di Media Sosial
Media sosial kini berubah menjadi media kaum pembenci (haters) untuk menunjukkan dan menyebarkan kebenciannya terhadap seseorang atau sesuatu.
Menurut pakar media sosial, Nukman Luthfie, secara umum media sosial itu tempat orang mencurahkan perasaan, baik senang, sedih, susah dan lain-lain.
"Ketika perasaan satu orang disampaikan, orang lain akan mengikuti," katanya dikutip Tekno Liputan6.com, Selasa (4/9/2018).
"Jadi ketika ada orang lain dengan perasaan yang sama nimbrung, lalu menuangkan rasa kekecewaan itu lebih mudah. Terlebih lagi karena ini online, ungkapan rasa kekecewaan pun semakin mudah menyebar," jelasnya.
Ia menyebutkan, ada faktor penentu yang membuat haters makin menjamur di media sosial. Faktor pertama berhubungan dengan ungkapan kebencian kerap menyebar lebih cepat dan lebih kuat karena tidak tatap muka.
Haters juga tidak pernah kumpul atau bertemu secara langsung, sehingga menggunakan media sosial untuk "bertemu".
Mereka juga biasanya tidak memakai nama asli, hal ini semakin membuatnya lebih berani dan vokal berujar kebencian.
"Selain menyebarkan seruan kebencian, haters juga sering menyebar berita-berita hoax atau berita palsu. Padahal mereka belum tentu mengerti apa isi berita yang mereka sebar," ucap Nukman.
Nah, apakah Anda juga termasuk kaum pembenci di media sosial? Semoga tidak.*
Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content" (Wikipedia)
Media Sosial sejatinya adalah ajang pertemanan dan berbagi informasi positif. Belakangan, fungsi media sosial terseut berubah menjadi ajang pamer, bisnis, dan penyebar ujaran kebencian (hate speech) atau ajang caci-maki.
Media sosial kini menjadi alat untuk melakukan perundungan (bullying). Sebuah perilaku dan pendapat yang berbeda di media sosial akan mudah mengundang perundungan.
Presiden Jokowi bahkan menyebutkan, media sosial di Indonesia kejam banget.
Penyebab Haters Menjamur di Media Sosial
Media sosial kini berubah menjadi media kaum pembenci (haters) untuk menunjukkan dan menyebarkan kebenciannya terhadap seseorang atau sesuatu.
Menurut pakar media sosial, Nukman Luthfie, secara umum media sosial itu tempat orang mencurahkan perasaan, baik senang, sedih, susah dan lain-lain.
"Ketika perasaan satu orang disampaikan, orang lain akan mengikuti," katanya dikutip Tekno Liputan6.com, Selasa (4/9/2018).
"Jadi ketika ada orang lain dengan perasaan yang sama nimbrung, lalu menuangkan rasa kekecewaan itu lebih mudah. Terlebih lagi karena ini online, ungkapan rasa kekecewaan pun semakin mudah menyebar," jelasnya.
Ia menyebutkan, ada faktor penentu yang membuat haters makin menjamur di media sosial. Faktor pertama berhubungan dengan ungkapan kebencian kerap menyebar lebih cepat dan lebih kuat karena tidak tatap muka.
Haters juga tidak pernah kumpul atau bertemu secara langsung, sehingga menggunakan media sosial untuk "bertemu".
Mereka juga biasanya tidak memakai nama asli, hal ini semakin membuatnya lebih berani dan vokal berujar kebencian.
"Selain menyebarkan seruan kebencian, haters juga sering menyebar berita-berita hoax atau berita palsu. Padahal mereka belum tentu mengerti apa isi berita yang mereka sebar," ucap Nukman.
Nah, apakah Anda juga termasuk kaum pembenci di media sosial? Semoga tidak.*